Matakanan.com - Usepdeni Bolan, atau yang lebih dikenal dengan nama Bolan, tidak pernah membayangkan bahwa perjalanannya sebagai jurnalis lapangan di akhir 90-an akan membawanya ke titik ini.
Dari mengabadikan momen pernikahan sederhana di kampung-kampung Garut dengan kamera pinjaman, kini Bolan memimpin Bolanfilms.co—sebuah perusahaan multimedia yang tak hanya dikenal di daerah, tapi juga di panggung nasional.
Namun bagi Bolan, perjalanan belum selesai. Justru kini ia sedang menyiapkan langkah berikutnya: mendirikan lembaga pelatihan multimedia pertama di Garut.
Ide ini muncul dari kegelisahan sekaligus harapan. Bertahun-tahun berkarier di dunia kreatif, Bolan melihat betapa besar potensi anak-anak muda Garut di bidang multimedia.
Banyak yang punya bakat, banyak pula yang punya semangat, tapi tidak semua punya akses dan ruang belajar yang layak.
Studio Bolanfilms yang kini berdiri megah di kawasan strategis Jalan Patriot Garut, seringkali menjadi tempat mampir anak muda yang penasaran ingin belajar.
"Mereka datang bukan buat kerja, tapi nanya, ‘boleh nggak numpang lihat prosesnya?’ atau ‘kalau saya mau belajar, bisa nggak di sini?’" cerita Bolan sambil tertawa kecil. "Dan dari situ saya sadar, Garut belum punya ruang belajar multimedia yang proper."
Lembaga pelatihan yang tengah dirancang ini bukan sekadar ruang kursus biasa. Bolan ingin menciptakan tempat belajar yang hidup, berbasis praktik nyata, dan didampingi langsung oleh profesional.
Fokusnya tidak hanya pada teknis fotografi dan videografi, tapi juga cara berpikir kreatif, memahami audiens, merancang pesan visual, hingga etika dalam berkarya.
“Saya nggak mau bikin tempat belajar yang isinya cuma hafalan dan teori. Dunia multimedia itu dinamis. Harus adaptif, harus kreatif. Saya ingin tempat ini jadi semacam dapur produksi yang terbuka—tempat mereka belajar sambil berkarya,” ujar Bolan.
Studio Bolanfilms sendiri sebenarnya sudah menjadi “laboratorium hidup” yang sesungguhnya. Proyek-proyek yang mereka tangani mencakup produksi video company profile, video klip, animasi, iklan layanan masyarakat, hingga penyediaan LED videotron untuk event berskala besar.
Bahkan, Bolanfilms sudah dipercaya menggarap banyak proyek nasional, termasuk dari BUMN dan instansi pemerintah. "Kalau selama ini hanya kami yang belajar dari proyek-proyek itu, ke depan saya ingin anak-anak Garut juga bisa ikut tumbuh bersama," ucapnya.
Di balik tekadnya itu, Bolan juga punya visi sosial yang kuat. Ia ingin lembaga ini bukan hanya mencetak tenaga kerja siap pakai, tapi juga memunculkan pelaku usaha baru di industri kreatif.
Baginya, multimedia bukan cuma karier, tapi juga jembatan untuk membangun masa depan ekonomi dan budaya daerah.
Ia percaya, lewat visual, Garut bisa bicara ke dunia. "Saya ingin suatu hari nanti karya anak-anak sini bisa tampil di panggung nasional. Bukan karena faktor keberuntungan, tapi karena memang mereka dididik untuk siap," katanya mantap.
Bolan juga berharap lembaga ini bisa berkolaborasi dengan sekolah-sekolah vokasi, kampus, komunitas kreatif, hingga dinas-dinas terkait.
Dengan ekosistem yang terhubung, ia yakin Garut bisa menjadi salah satu kantong industri kreatif yang patut diperhitungkan. "Kita jangan cuma jadi penonton. Sudah saatnya Garut punya panggung sendiri," tegasnya.
Apa yang sedang dirintis Bolan adalah lebih dari sekadar proyek bisnis. Ini adalah proyek peradaban kecil yang dimulai dari satu sudut studio, satu ruang kerja, satu kamera, dan satu keyakinan bahwa kreativitas harus dibagi.
Dan jika semua berjalan sesuai rencana, tak lama lagi, Garut akan memiliki lembaga pelatihan multimedia pertamanya—yang lahir dari kerja keras, mimpi, dan semangat seorang Bolan yang tak pernah padam. (*)
0 Komentar :
Belum ada komentar.